Cloud Computing,
Teknologi Komputasi Masa Depan
Seiring dengan perkembangan jaman,
teknologi ini juga mengalami perkembangan kearah pencapaian kemudahan dan
kenyamanan luar biasa dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang dianggap tidak mungkin dapat dikerjakan
dalam waktu singkat. Baik berupa interaksi sosial, marketing, dan kegiatan yang
dapat menarik minat pengguna lainya. oleh karena itu, pengguna internet
meningkat cepat dan merambah kesemua kalangan. Pengembangan teknologi computasi
berbasis internet sekarang ini lebih diarahkan kepada proses pengaplikasian
sistem yang mudah dan tidak memerlukan banyak waktu atau tenaga. Permasalahan
diperoleh dalam pengolahan system jaringan. Apabila ada suatu perubahan pada
program aplikasi internet pada server dalam jaringan lokal, datanya harus
diinstal ulang atau disesuaikan kembali. termasuk pada pemakaian komputer
biasa, diperlukan sistem operasi dan program aplikasi. Sistem operasi sangat
menentukan program aplikasi. Kalau pemakai memilih sistem operasi MS Windows
misalnya, maka aplikasinya pun harus berbasis Windows. Demikian juga kalau
sistemnya berbasis DOS, Linux, Mac, dan sebagainya. Padahal memilih sistem
operasi sendiri sering membuat user pusing.
Sekarang konsep teknologi informasi
Cloud Computing sedang hangat dibicarakan. Istilah Cloud Computing mungkin
belum banyak didengar, karena memang masih baru. Namun, perkembangannya sangat
luar biasa. Disebut-sebut teknologi Could Computing dapat menghilangkan
permasalahan yang dijelaskan diatas. Perusahaan-perusahaan besar di bidang IT
pun sekarang mencurahkan perhatiannya ke sana.
Apa sebenarnya cloud computing itu? Komputasi awan merupakan istilah
bagi dunia TI yang sistemnya hanya disewa. Maksudnya, dalam menerapkan teknologi
ini, pelanggan diharuskan untuk menyewa beberapa komponen kerja di TI, seperti
server penyimpanan data hingga data center. Melihat dari tren ini kita dapat
memprediksi masa depan, standard teknologi akan menjadi lebih sederhana karena
ketersediaan dari banyak cloud service. Seluruh nama besar seperti IBM,
Microsoft, Google, dan Apple, saat ini sedang terlibat dalam peperangan untuk
menjadi penguasa terbesar terhadap awan ini. Tentu saja masing-masing
mengeluarkan jurusnya sendiri-sendiri.
Definisi Cloud Computing
Cloud computing pada dasarnya adalah menggunakan Internet-based service untuk mensupport business process, Kata-kata “Cloud” sendiri merujuk kepada simbol awan yang di dunia TI digunakan untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud). Cloud computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer (‘komputasi‘) dan pengembangan berbasis Internet (‘awan’). Cloud /awan merupakan metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan computer, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya adalah suatu moda komputasi dimana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet (“di dalam awan”) tanpa pengetahuan tentangnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Menurut jurnal yang dipublikasikan IEEE, Internet Computing/Cloud Computing adalah suatu paradigma dimana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain.
“Cloud Computing” secara sederhana adalah “layanan teknologi
informasi yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui
jaringan internet”. Komputasi awan adalah suatu konsep umum yang mencakup SaaS,
Web 2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum
berupa ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi
pengguna. Sebagai contoh, Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum secara
sharing yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan
data yang tersimpan di server.
Sejarah Cloud
Computing
Ide awal dari cloud computing bisa ditarik ke tahun 1960-an, saat John McCarthy, pakar komputasi MIT yang dikenal juga sebagai salah satu pionir intelejensia buatan, menyampaikan visi bahwa “suatu hari nanti komputasi akan menjadi infrastruktur publik, seperti halnya listrik dan telepon”. Namun baru di tahun 1995 lah, Larry Ellison, pendiri Oracle , memunculkan ide “Network Computing” sebagai kampanye untuk menggugat dominasi Microsoft yang saat itu merajai desktop computing dengan Windows 95-nya. Larry Ellison menawarkan ide bahwa sebetulnya user tidak memerlukan berbagai software, mulai dari Sistem Operasi dan berbagai software lain, dijejalkan ke dalam PC Desktop mereka. PC Desktop bisa digantikan oleh sebuah terminal yang langsung terhubung dengan sebuah server yang menyediakan environment yang berisi berbagai kebutuhan software yang siap diakses oleh pengguna.
Ide “Network Computing” ini sempat
menghangat dengan munculnya beberapa pabrikan seperti Sun Microsystem dan
Novell Netware yang menawarkan Network Computing client sebagai pengganti
desktop. Namun akhirnya, gaung Network Computing ini lenyap dengan sendirinya,
terutama disebabkan kualitas jaringan komputer yang saat itu masih belum
memadai, sehingga akses Network Computing ini menjadi sangat lambat, sehingga
orang-orang akhirnya kembali memilih kenyamanan PC Desktop, seiring dengan
semakin murahnya harga PC. Tonggak selanjutnya adalah kehadiran konsep ASP
(Application Service Provider) di akhir era 90-an. Seiring dengan semakin meningkatnya kualitas
jaringan komputer, memungkinkan akses aplikasi menjadi lebih cepat. Hal ini ditangkap sebagai peluang oleh
sejumlah pemilik data center untuk menawarkan fasilitasnya sebagai tempat
‘hosting’ aplikasi yang dapat diakses oleh pelanggan melalui jaringan komputer.
Dengan demikian pelanggan tidak perlu investasi di perangkat data center. Hanya
saja ASP ini masih bersifat “privat”, di mana layanan hanya dikastemisasi
khusus untuk satu pelanggan tertentu, sementara aplikasi yang di sediakan waktu
itu umumnya masih bersifat client-server. Kehadiran berbagai teknik baru dalam
pengembangan perangkat lunak di awal abad 21, terutama di area pemrograman
berbasis web disertai peningkatan kapasitas jaringan internet, telah menjadikan
situs-situs internet bukan lagi berisi sekedar informasi statik. Tapi sudah
mulai mengarah ke aplikasi bisnis yang lebih
kompleks.
Dan seperti sudah sedikit
disinggung sebelumnya, popularitas Cloud Computing semakin menjulang saat di
awal 2000-an, Marc Benioff ex VP di Oracle, meluncurkan layanan aplikasi CRM
dalam bentuk Software as a Service, Salesforce.com, yang mendapatkan sambutan gegap gempita.
Dengan misinya yang terkenal yaitu “The End of Software”, Benioff bisa
dikatakan berhasil mewujudkan visi bos-nya di Oracle, Larry Elisson, tentang
Network Computing menjadi kenyataan satu dekade kemudian. Selanjutnya jargon
Cloud Computing bergulir seperti bola salju menyapu dunia teknologi informasi.
Dimulai di tahun 2005, mulai muncul inisiatif yang didorong oleh nama-nama
besar seperti Amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2 (Elastic Compute Cloud),
Google dengan Google App Engine-nya, tak ketinggalan raksasa biru IBM
meluncurkan Blue Cloud Initiative dan lain sebagainya. Semua inisiatif ini
masih terus bergerak, dan bentuk Cloud Computing pun masih terus mencari bentuk
terbaiknya, baik dari sisi praktis maupun dari sisi akademis. Bahkan dari sisi
akademis, jurnal-jurnal yang membahas tentang ini hal ini baru bermunculan di
tiga tahun belakangan. Akhirnya seperti yang kita saksikan sekarang, seluruh
nama-nama besar terlibat dalam pertarungan menguasai awan ini. Bahkan pabrikan
Dell, pernah mencoba mempatenkan istilah “Cloud Computing”, namun ditolak oleh
otoritas paten Amerika.
Walaupun di luar negeri perebutan
kapling awan ini begitu ingar-bingar, tidak demikian dengan di tanah air
Indonesia tercinta ini. Pemain yang benar-benar mencoba masuk di area ini masih
sangat sedikit. Salah satu yang cukup serius bermain di area ini adalah PT
Telkom, yang setidaknya saat ini sudah menawarkan dua layanan aplikasi berbasis
Software as a Service. Salah satunya melalui anak usahanya, Sigma Cipta Caraka,
yang menawarkan layanan aplikasi core banking bagi bank kecil-menengah.
Kemudian bekerjasama dengan IBM Indonesia dan mitra bisnisnya, PT Codephile,
Telkom menawarkan layanan e-Office on Demand untuk kebutuhan
kolaborasi/korespondensi di dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Sepinya sambutan dunia teknologi informasi dalam negeri
terhadap Cloud Computing ini, mungkin disebabkan beberapa faktor, di antaranya:
1. Penetrasi infrastruktur internet yang bisa dibilang masih
terbatas, bandwith masih terbatas;
2. Tingkat kematangan pengguna internet, yang masih
menjadikan media internet utamanya sebagai media hiburan atau sosialisasi;
3. Tingginya investasi yang dibutuhkan menyediakan layanan
cloud ini, karena harus merupakan kombinasi antara infrastruktur jaringan,
hardware dan software sekaligus.
Sehingga saat gelombang besar Cloud Computing ini sampai di
sini, tidak hanya pemain asing besar saja yang akan menangguk keuntungan. Tentu
saja peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan di
sini.
Kriteria Cloud
Computing
Seperti sudah sedikit dijelaskan dalam tulisan terdahulu,
bahwa tidak semua aplikasi berbasis web dapat dimasukkan ke dalam kategori
cloud computing. Ada lima kriteria yang
harus dipenuhi oleh sebuah sistem untuk bisa di masukkan dalam keluarga Cloud
Computing, yaitu :
1. Swalayan (On Demand Self Service)
Seorang pelanggan dimungkinkan untuk secara langsung “memesan” sumber daya yang
dibutuhkan, seperti processor time dan kapasitas penyimpanan melalui control
panel elektronis yang disediakan. Jadi tidak perlu berinteraksi dengan personil
customer service jika perlu menambah atau mengurangi sumberdaya komputasi yang
diperlukan.
2. Akses Pita Lebar (Broadband Network Access)
Layanan yang tersedia terhubung melalui jaringan pita lebar,
terutama untuk dapat diakses secara memadai melalui jaringan internet, baik
menggunakan thin client, thick client ataupun media lain seperti smartphone.
3. Sumberdaya Terkelompok (Resource pooling)
Penyedia layanan cloud, memberikan
layanan melalui sumberdaya yang dikelompokkan di satu atau berbagai lokasi date
center yang terdiri dari sejumlah server dengan mekanisme multi-tenant.
Mekanisme multi-tenant ini memungkinkan sejumlah sumberdaya komputasi tersebut
digunakan secara bersama-sama oleh sejumlah user, di mana sumberdaya tersebut
baik yang berbentuk fisik maupun virtual, dapat dialokasikan secara dinamis untuk
kebutuhan pengguna/pelanggan sesuai permintaan.
Dengan demikian, pelanggan tidak perlu tahu bagaimana dan
darimana permintaan akan sumberdaya komputasinya dipenuhi oleh penyedia
layanan. Yang penting, setiap permintaan dapat dipenuhi. Sumberdaya komputasi
ini meliputi media penyimpanan, memory, processor, pita jaringan dan mesin
virtual.
4. Elastis (Rapid elasticity)
Kapasitas komputasi yang disediakan dapat secara elastis dan
cepat disediakan, baik itu dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan kapasitas
yang diperlukan. Untuk pelanggan sendiri, dengan kemampuan ini seolah-olah
kapasitas yang tersedia tak terbatas besarnya, dan dapat “dibeli” kapan saja
dengan jumlah berapa saja.
5. Layanan Yang Terukur (Measured Service)
Sumberdaya cloud yang tersedia
harus dapat diatur dan dioptimasi penggunaannya, dengan suatu sistem pengukuran
yang dapat mengukur penggunaan dari setiap sumberdaya komputasi yang digunakan
(penyimpanan, memory, processor, lebar pita, aktivitas user, dan lainnya).
Dengan demikian, jumlah sumberdaya yang digunakan dapat secara transparan
diukur yang akan menjadi dasar bagi user untuk membayar biaya penggunaan
layanan.
Karakteristik Cloud
Computing
Cloud service biasanya memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya adalah:
Sangat cepat di deploy, sehingga cepat berarti instant untuk
implementasi.
Biaya start-up teknologi ini mungkin akan sangat murah atau
tidak ada dan juga tidak ada investasi kapital.
Biaya dari service dan pemakaian akan berdasarkan komitmen
yang tidak fix.
Service ini dapat dengan mudah di upgrade atau downgrade
dengan cepat tampa adanya Penalty.
Service ini akan menggunakan metode multi-tenant
(Memungkinkan banyak customer dalam 1 platform).
Kemampuan untuk meng-customize service akan menjadi
terbatas.
Layanan cloud memiliki tiga
karakteristik khusus yang membedakannya dari hosting tradisional. Layanan ini
dijual berdasarkan permintaan, yang biasanya per menit atau per jam dan
bersifat elastis, user boleh memiliki berapapun layanan yang diinginkan sesuai
waktu yang diberikan, dan layanan ini dikelolah penuh oleh provider (pelanggan
hanya perlu komputer dan akses Internet). Inovasi-inovasi yang signifikan dalam
hal virtualisasi dan distributed computing, termasuk juga peningkatan akses ke
Internet berkecepatan tinggi dan perbaikan ekonomi, telah meningkatkan
ketertarikan orang kepada cloud computing.
Sebuah cloud bisa berlabel privat atau publik. Public Cloud
menjual layanan ke siapapun di internet. (Saat ini, Amazon Web Service
merupakan provider public cloud terbesar) Private Cloud adalah jaringan
proprietary atau data center yang mensuplai layanan-layanan ter-host kepada
orang-orang dalam jumlah terbatas. Jika sebuah service provider menggunakan
sumber-sumber milik private cloud, maka hasilnya disebut virtual private cloud.
Private atau publik, tujuan dari cloud computing adalah menyediakan akses yang
mudah, skalabel kepada sumber-sumber komputasi dan layanan TI.
Teknologi cloud akan memberikan kontrak kepada user untuk service pada 3 tingkatan:
Infrastructure as Service, hal ini meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Contohnya seperti Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service;
Platform-as-a-service: hal ini memfokuskan pada aplikasi
dimana dalam hal ini memungkinkan developer untuk tidak memikirkan hardware dan
tetap fokus pada application development nya tampa harus mengkhawatirkan
operating system, infrastructure scaling, load balancing dan lainya. Contoh nya
yang telah mengimplementasikan ini adalah Force.com dan Microsoft Azure investmen.
1. Software as a Service (SaaS).
SaaS ini merupakan layanan Cloud
Computing yang paling dahulu populer. Software as a Service ini merupakan
evolusi lebih lanjut dari konsep ASP (Application Service Provider). Sesuai
namanya, SaaS memberikan kemudahan bagi pengguna untuk bisa memanfaatkan
sumberdaya perangkat lunak dengan cara berlangganan. Sehingga tidak perlu
mengeluarkan investasi baik untuk in house development ataupun pembelian
lisensi.
Dengan cara berlangganan via web,
pengguna dapat langsung menggunakan berbagai fitur yang disediakan oleh
penyedia layanan. Hanya saja dengan konsep SaaS ini, pelanggan tidak memiliki
kendali penuh atas aplikasi yang mereka sewa. Hanya fitur-fitur aplikasi yang
telah disediakan oleh penyedia saja yang dapat disewa oleh pelanggan.
Dan karena arsitektur aplikasi SaaS
yang bersifat multi tenant, memaksa penyedia untuk hanya menyediakan fitur yang
bersifat umum, tidak spesifik terhadap kebutuhan pengguna tertentu. Meskipun
demikian, kustomisasi tidak serta-merta diharamkan, meskipun hanya untuk skala
dan fungsi yang terbatas.
Tapi dengan berkembangnya pasar dan
kemajuan teknologi pemrograman, keterbatasan-keterbatasan itu pasti akan
berkurang dalam waktu tidak terlalu lama. Untuk contoh layanan SaaS, tentu saja
kita harus menyebut layanan CRM online Salesforce.com–yang dikomandai Marc
Benioff dan telah menjadi ikon SaaS ini.
Selain itu Zoho.com, dengan harga
yang sangat terjangkau, menyediakan layanan SaaS yang cukup beragam, dari mulai
layanan word processor seperti Google Docs, project management, hingga
invoicing online. Layanan akunting online pun tersedia, seperti yang diberikan
oleh Xero.com dan masih banyak lagi. IBM dengan Lotuslive.com nya dapat
dijadikan contoh untuk layanan SaaS di area kolaborasi/unified communication.
Sayangnya untuk pasar dalam negeri sendiri, seperti sudah
saya sampaikan dalam tulisan terdahulu, masih sangat sedikit yang mau
berinvestasi untuk menyediakan layanan SaaS ini.
2. Platform as a Service (PaaS)
Seperti namanya, PaaS adalah
layanan yang menyediakan modul-modul siap pakai yang dapat digunakan untuk
mengembangkan sebuah aplikasi, yang tentu saja hanya bisa berjalan diatas
platform tersebut. Seperti juga layanan SaaS, pengguna PaaS tidak memiliki
kendali terhadap sumber daya komputasi dasar seperti memory, media penyimpanan,
processing power dan lain-lain, yang semuanya diatur oleh provider layanan ini.
Pionir di area ini adalah Google AppEngine, yang menyediakan berbagai tools
untuk mengembangkan aplikasi di atas platform Google, dengan menggunakan bahasa
pemrograman Phyton dan Django.
Kemudian Salesforce juga menyediakan layanan PaaS melalui
Force.com, menyediakan modul-modul untuk mengembangkan aplikasi diatas platform
Salesforce yang menggunakan bahasa Apex.
Dan mungkin yang jarang sekali kita
ketahui, bahwa Facebook juga bisa dianggap menyediakan layanan PaaS, yang
memungkinkan kita untuk membuat aplikasi diatasnya. Salah satu yang berhasil
menangguk untung besar dari layanan PaaS Facebook adalah perusahaan bernama
Zynga, yang tahun lalu saja berhasil meraup keuntungan bersih lebih dari US$
100 juta, lebih besar dari keuntungan yang didapat oleh Facebook sendiri. Anda
mungkin akan sedikit terkejut kalau saya beritahu bahwa Zynga ini bisa untung
besar dari aplikasi yang sama sekali tidak serius, tapi mengandung zat adiktif
luar biasa yaitu: Farmville, yang hingga kini telah berhasil menjadikan 80 juta
lebih penduduk Facebook menjadi petani yang rajin mencangkul, menanam dan panen
serta memerah susu sapi demi keuntungan mereka.
3. Infrastructure as a Service (IaaS).
IaaS terletak satu level lebih rendah dibanding PaaS. Ini adalah sebuah layanan yang “menyewakan” sumberdaya teknologi informasi dasar, yang meliputi media penyimpanan, processing power, memory, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan oleh penyewa untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya.
Model bisnisnya mirip dengan penyedia data center yang
menyewakan ruangan untuk co-location, tapi ini lebih ke level mikronya. Penyewa
tidak perlu tahu, dengan mesin apa dan bagaimana caranya penyedia layanan
menyediakan layanan IaaS. Yang penting, permintaan mereka atas sumberdaya dasar
teknologi informasi itu dapat dipenuhi.
Perbedaan mendasar dengan layanan data center saat ini
adalah IaaS memungkinkan pelanggan melakukan penambahan/pengurangan kapasitas
secara fleksibel dan otomatis. Salah satu pionir dalam penyediaan IaaS ini
adalah Amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2 (Elastic Computing Cloud).
Layanan Amazon EC2 ini menyediakan berbagai pilihan
persewaan mulai CPU, media penyimpanan, dilengkapi dengan sistem operasi dan
juga platform pengembangan aplikasi yang bisa disewa dengan perhitungan
jam-jaman. Untuk di dalam negeri sendiri, rencananya ada beberapa provider yang
akan menyediakan layanan sejenis mulai pertengahan tahun ini.
Tipe Penerapan Layanan Cloud Computing
Tipe-tipe penerapan(deployment) dari layanan Cloud
Computing, yang terbagi menjadi empat jenis penerapan, yaitu:
1. Private cloud
Di mana sebuah infrastruktur layanan cloud, dioperasikan
hanya untuk sebuah organisasi tertentu. Infrastruktur cloud itu bisa saja
dikelola oleh si organisasi itu atau oleh pihak ketiga. Lokasinya pun bisa
on-site ataupun off-site. Biasanya organisasi dengan skala besar saja yang
mampu memiliki/mengelola private cloud ini.
2. Community cloud
Dalam model ini, sebuah infrastruktur cloud digunakan
bersama-sama oleh beberapa organisasi yang memiliki kesamaan kepentingan,
misalnya dari sisi misinya, atau tingkat keamanan yang dibutuhkan, dan lainnya.
Jadi, community cloud ini merupakan “pengembangan terbatas”
dari private cloud. Dan sama juga dengan private cloud, infrastruktur cloud
yang ada bisa di-manage oleh salah satu dari organisasi itu, ataupun juga oleh
pihak ketiga.
3. Public cloud
Sesederhana namanya, jenis cloud ini diperuntukkan untuk
umum oleh penyedia layanannya. Layanan-layanan yang sudah saya sebutkan
sebelumnya dapat dijadikan contoh dari public cloud ini.
4. Hybrid cloud
Untuk jenis ini, infrastruktur cloud yang tersedia merupakan
komposisi dari dua atau lebih infrastruktur cloud (private, community, atau
public). Di mana meskipun secara entitas mereka tetap berdiri sendiri-sendiri,
tapi dihubungkan oleh suatu teknologi/mekanisme yang memungkinkan portabilitas
data dan aplikasi antar cloud itu. Misalnya, mekanisme load balancing yang
antarcloud, sehingga alokasi sumberdaya bisa dipertahankan pada level yang
optimal.
Demikian sedikit penjelasan dari model-model cloud yang
disarikan dari NIST. Namun seperti diakui oleh lembaga ini, definisi dan
batasan dari Cloud Computing sendiri masih mencari bentuk dan standarnya. Di
mana nanti pasarlah yang akan menentukan model mana yang akan bertahan dan
model mana yang akan mati.
Namun semua sepakat bahwa cloud computing akan menjadi masa
depan dari dunia komputasi. Bahkan lembaga riset bergengsi Gartner Group juga
telah menyatakan bahwa Cloud Computing adalah wacana yang tidak boleh
dilewatkan oleh seluruh pemangku kepentingan di dunia TI, mulai saat ini dan
dalam beberapa waktu mendatang.
Resiko Cloud
Computing
Sebagaimana yang dikatakan sebagai
bisnis service, dengan teknologi cloud anda sebaiknya mengetahui dan memastikan
apa yang anda bayar dan apa yang anda investasikan sepenuhnya memang untuk
kebutuhan anda menggunakan service ini. Anda harus memperhatikan pada beberapa
bagian yaitu:
Service level – Cloud provider mungkin tidak akan konsisten
dengan performance dari application atau transaksi. Hal ini mengharuskan anda
untuk memahami service level yang anda dapatkan mengenai transaction response
time, data protection dan kecepatan data recovery.
Privacy - Karena orang lain / perusahaan lain juga melakukan
hosting kemungkinan data anda akan keluar atau di baca oleh pemerintah U.S.
dapat terjadi tampa sepengetahuan anda atau approve dari anda.
Compliance - Anda juga harus memperhatikan regulasi dari
bisnis yang anda miliki, dalam hal ini secara teoritis cloud service provider diharapkan
dapat menyamakan level compliance untuk penyimpanan data didalam cloud, namun
karena service ini masih sangat muda anda diharapkan untuk berhati hati dalam
hal penyimpanan data.
Data ownership – Apakah data anda masih menjadi milik anda
begitu data tersebut tersimpan didalam cloud? mungkin pertanyaan ini sedikit
aneh, namun anda perlu mengetahui seperti hal nya yang terjadi pada Facebook
yang mencoba untuk merubah terms of use aggrement nya yang mempertanyakan hal
ini.
Data Mobility – Apakah anda dapat melakukan share data
diantara cloud service? dan jika anda terminate cloud relationship bagaimana
anda mendapatkan data anda kembali? Format apa yang akan digunakan ? atau
dapatkah anda memastikan kopi dari data nya telah terhapus
Untuk mengimplementasi teknologi cloud untuk data mereka dan
menyimpan nya sebagai fasilitas mereka sendiri untuk memastikan kebijakan
perusahaan tersimpan dengan baik tentunya akan lebih baik, sehingga memastikan
proses komputerasisasi pada cloud sebagai sistem proses yang dibutuhkan akan
lebih independen.
Langkah awal yang harus anda lakukan adalah mempelajari
sistem kontrak dari cloud service. pastikan setiap process menjadi simple,
dapat berulang ulang dan menjadi nilai tambah untuk bisnis anda.
Kedua, anda harus mengidentifikasi service apa yang dapat
anda manfaatkan di dalam cloud dan mana yang seharusnya bersifat internal. Hal
ini sangat penting untuk anda ketahui mengenai system dan service core yang
dapat dimanfaatkan oleh bisnis anda. dan sebaiknya anda mengkategorikan
beberapa elemen bisnis anda berdasarkan resiko dari penggunaan cloud service.
Langkah terakhir, anda harus melakukan strategi sourcing
untuk mendapatkan biaya yang sangat murah, namun memiliki scalability dan
flexibility untuk kebutuhan bisnis anda. Hal ini termasuk pertimbangan akan
proteksi data ownership dan mobility, compliance dan beberapa element seperti
halnya kontrak IT tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar